Kascing sebagian besar terdiri dari kotoran cacing (castings) ditambah sebagian bahan organik yang membusuk. Kascing merupakan bahan yang mempunyai sifat porositas, aerasi, drainase, kapasitas menahan air dan mikroba aktivitas. Kascing terdiri terutama dari C, H dan O, dan mengandung nutrisi seperti NO3 , PO4 , Ca, K, Mg, S dan mikronutrien.

Proses pembuatan vermikompos dilaksanakan melalui 3 tahap : (1) persiapan bahan organik;(2) perbanyakan cacing tanah; dan (3) proses pengomposan.

Cacing tanah bersifat hermaprodit memiliki sistem reproduksi jantan dan betina. Kapsul telur tahan terhadap kekeringan, dan menetas ketika ada cukup kelembaban di dalam tanah.

Kondisi yang dapat mengontrol populasi cacing tanah : ketersediaan pakan, kebutuhan ruang untuk tumbuh, lingkungan.

Microorganisme menghasilkan enzim yang menyebabkan terjadinya dekomposisi bahan organik secara biokimiawi . Sedangkan, cacing tanah dapat dianggap sebagai pengatur (regulator) tersedianya hara di dalam tanah.

Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan cacing adalah, bedding material, temperatur, dan sinar matahari.

Benda yang dilarang berada dalam media pemeliharaan cacing yaitu benda yang tidak dapat diuraikan, makanan asam, dan makanan berbau menyengat.

Secara alamiah Lumbricus rubellus tinggal di tanah dataran tinggi atau di limbah organik/kotoran. pH : 5,5-8,7 dan suhu : 18 – 28 derajat celcius. Kadar air : 60-90%, optimum : 70%. Bersifat photonegative.

Jika pada saat panen sudah terlihat adanya kokon (kumpulan telur), maka media hidup dikembalikan pada wadah semula dan diberi pakan hingga sekitar 30 hari. Dalam jangka waktu itu, telur akan menetas dan cacing tanah dapat diambil untuk dipindahkan ke wadah pemeliharaan yang baru dan kascingnya bisa dipanen.

Cacing jenis anecic adalah cacing yang hidup di tanah dalam, yang akan keluar apabila mereka mengambil makanannya.  Contoh jenis cacing anecic adalah Lumbricus terrestris/cacing kalung.

Cacing tanah epigeik beradaptasi untuk hidup dekat dengan permukaan tanah dan mampu memakan dan menguraikan bahan organik seperti sampah dan serasah. Mereka memiliki siklus hidup yang pendek dan tubuh tersegmentasi kecil.  Contoh jenis cacing epigeik adalah L. rubellus, Eudrilus euginea, Perionyx excavatus dan Eisenia fetida.

Cacing tanah peka cahaya dan peka perabaan, maka cara panennya adalah mengambil media yang menutupi badannya sampai media habis dan tinggal tersisa cacing tanah.

Dalam kondisi optimal bibit cacing dewasa akan menghasilkan telur setiap 7-10 hari, masing-masing berisi lebih dari 1 lusin anakan. Secara teori, 1 kilogram cacing dapat meningkat menjadi 1.000 kilogram (sekitar satu juta cacing) dalam setahun.

Kelebihan vermicompost yaitu, mengandung zat humat untuk reaksi kimia. Mikroba untuk meningkatkan dan menekan penyakit melalui kegiatan bakteri, ragi dan jamur mempunyai senyawa antagonis. Kaya akan asam humid untuk mengkondisikan tanah dan keseimbangan pH. Dan growth factor dari saluran pencernaan cacing (auxin).

Vermicompost adalah hasil akhir yang memiliki bentuk seperti humus dengan porositas dan kapasitas menahan air tinggi, nisbah C/N rendah; mengandung banyak nutrien dalam bentuk yang mudah diserap tanaman. (vermicast, casting) , vermicomposting = prosesnya.

Cacing tanah adalah sebagai pengurai. Pada dasarnya, cacing tanah berfungsi sebagai bioreaktor alami. Cacing tanah dikategorikan menjadi tiga jenis berdasarkan ciri morfologi, ekologi dan lokasinya di dalam tanah yaitu Epigeik, Endogeik, dan Anecic.

Cacing tanah akan makan bahan organik apa saja yang dapat terurai dan harus lembab. Cacing tanah tidak bisa makan makanan kering. Usus memecahnya lebih lanjut dan keluar sebagai kotoran (castings) yang sangat bermanfaat bagi tanaman. Pemberian makan sebaiknya paling sedikit tiga hari sekali.

Vermicomposting adalah proses biooksidatif yang bersifat mesofilik dimana cacing tanah detrivorous berinteraksi secara intensif dengan mikroorganisme dan invertebrata tanah, yang sangat mempengaruhi proses dekomposisi, mempercepat stabilisasi bahan organik , dan memodifikasi sifat-sifat fisik dan biokimianya.

Proses vermicompost terjadi mineralisasi dalam laju yang tinggi yang sangat tinggi yang meningkatkan ketersediaan nutrien anorganik terutama ammonium dan nitrat, juga P, K, Ca, dan Mg bagi tanaman. Vermicompost juga mengandung hormon tumbuhan yang dihasilkan mikroorganisme dan regulator pertumbuhan tumbuhan.

Cacing yang biasa digunakan untuk pengomposan yaitu Lumbricus Rubellus, Pheretima Asiatica, Perionyx Excavatus, dan Eisenia Fetida (Tiger Worm).

Alasan Lumbricus rubellus digunakan untuk kompos adalah memiliki toleransi tinggi terhadap variasi lingkungan, produktivitas tinggi (PBB, produksi telur/anakan dan produksi “kascing”) serta tidak banyak bergerak.